FB News - Sungai Penuh, 3 Juli 2025** — Pemerintah Kota Sungai Penuh menyampaikan apresiasi mendalam atas keberhasilan Tim Macan Kincai Polres Kerinci**, yang dipimpin langsung oleh Wakapolres Kompol Eko Prasetyo, dalam menangkap Agus, buronan kasus pembunuhan sadis di Lolo Gedang, Kerinci. Penangkapan dilakukan di Malaysia melalui koordinasi lintas negara bersama Interpol dan otoritas keamanan setempat.
Walikota Sungai Penuh, Alfin, menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh jajaran Polres Kerinci, khususnya kepada Wakapolres dan tim yang telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam memburu pelaku hingga ke luar negeri.
“Ini adalah bukti nyata bahwa hukum tetap berjalan, dan pelaku kejahatan tidak akan pernah aman meski bersembunyi di luar negeri. Kami sangat mengapresiasi keberanian dan ketegasan Tim Macan Kincai di bawah pimpinan Wakapolres Kompol Eko Prasetyo,” ujar Walikota.
Agus, yang sempat buron selama tujuh bulan, ditangkap di Malaysia dan kini telah dibawa kembali ke Indonesia untuk menjalani proses hukum. Keberhasilan ini disambut hangat oleh masyarakat Kerinci dan Sungai Penuh, yang selama ini menanti keadilan bagi korban. (Red)
FB News - Jambi, 28 Juni 2025 — Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) Jambi sukses menyelenggarakan Ujian Profesi Advokat (UPA) pada hari Sabtu, 28 Juni 2025, bertempat di Hotel Odua Weston, Jambi
Kegiatan ini diikuti oleh puluhan calon advokat dari berbagai daerah di Provinsi Jambi yang telah menyelesaikan Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA). Ujian berlangsung tertib dan lancar sejak pagi hari, dengan pengawasan ketat dari panitia lokal dan perwakilan Dewan Pimpinan Nasional PERADI.
Ketua DPC PERADI Jambi, **Dr. Syahlan Samosir, SH., MH.**, menyampaikan apresiasi atas antusiasme peserta dan kerja keras panitia. Ia menegaskan bahwa UPA bukan sekadar ujian administratif, melainkan gerbang penting menuju profesi advokat yang menjunjung tinggi integritas dan keadilan.
“Kami ingin mencetak advokat yang tidak hanya cerdas secara hukum, tapi juga beretika dan siap mengabdi untuk masyarakat,” ujar Dr. Syahlan.
Dengan suksesnya pelaksanaan UPA ini, PERADI Jambi kembali menunjukkan komitmennya dalam mencetak advokat muda yang profesional dan berintegritas di tengah dinamika hukum nasional yang terus berkembang. (Red)
Sudah bayar ratusan juta, dapat seragam mahal, brosur glossy, dan janji Cambridge. Tapi sayang, yang datang bukan ijazah—melainkan kenyataan pahit: sekolah tak terdaftar.
FB News - Bekasi — Kisah memilukan tapi bikin geleng-geleng ini datang dari sepasang orang tua di Bekasi yang bermimpi menyekolahkan anaknya di lembaga bertaraf internasional. Brosurnya meyakinkan, stafnya berjas, gedungnya ber-AC sejuk, dan biayanya? Satu kali daftar—langsung Rp150 juta. Mewah, bukan main!
Sayangnya, mimpi itu buyar saat mereka hendak mengurus legalisasi dokumen sekolah. Jawaban dari Dinas Pendidikan: "Nama sekolah ini tidak ada di daftar kami, Bu."
Sebentar... Hah?
“Kami kira makin mahal makin aman. Ternyata malah makin dalam jebakannya,” keluh sang ibu dengan wajah lelah tapi pasrah.
Gedung kosong. Guru hilang. Pemilik entah ke mana. Yang tersisa cuma grup WhatsApp wali murid yang kini lebih mirip ruang curhat nasional.
“Kamu juga korban?” “Iya, kita sama.
Begitulah bunyinya.
Pakar pendidikan menyebut fenomena ini sebagai “branding beracun”—menggunakan label internasional tanpa legalitas. Masyarakat sering terkecoh dengan istilah "Cambridge", "Global Learning", atau "21st Century Smart Curriculum" yang ternyata hanya kosmetik pemasaran.
Apa Kata Dinas Pendidikan?
Pihak berwenang menegaskan bahwa sekolah tersebut tidak memiliki izin operasional. Proses hukum sedang berjalan, dan para wali murid bersiap menempuh jalur hukum. Ya, setelah jalur premium gagal memberi perlindungan.
Kasus ini jadi pengingat: kadang yang berkilau bukan emas, tapi umpan. Sekolah mahal belum tentu sah, apalagi berkualitas. Jangan biarkan gengsi dan brosur dengan bendera asing membuat kita lupa pada hal paling penting: izin resmi dan rekam jejak yang jelas.
Karena di era ini, ijazah mungkin bisa dicetak, tapi kepercayaan yang hilang? Tak semudah dikopikan ulang. (AAH)
FB News - Situasi di Raja Ampat makin tidak masuk akal. Wisatawan yang datang dengan harapan melihat keindahan alam malah disambut dengan suara mesin yang tidak ada jedanya.
Kondisi terkini:
- Ikan yang biasanya berenang santai mulai berlari… eh, maksudnya berenang lebih cepat untuk menghindari wilayah yang penuh debu tambang.
- Monyet sudah berhenti bicara soal pisang, sekarang mereka ngobrol tentang logam berat dan dampak ekonomi jangka panjang.
- Penduduk setempat mulai melihat peta wisata mereka dengan bingung, mencoba menentukan jalur yang masih tersisa untuk dinikmati.
Efek makin liar:
- Burung Cendrawasih mulai mempertimbangkan pindah ke kota dan bergabung dengan manusia, karena hutan mereka makin tipis.
- Wisatawan yang tadinya mau foto underwater malah batal karena takut yang terlihat cuma batu dan jejak ban alat berat.
- Aktivis lingkungan kehabisan kata-kata, mereka hanya bisa berdiri di pinggir pantai dan menghela napas panjang.
Penduduk lokal akhirnya pasrah:
- "Kalau Raja Ampat sudah setengah berubah, mungkin kita buat tur kombinasi: wisata alam pagi, studi tambang siang."
- "Siapa tahu suatu hari nanti kita punya festival budaya yang menyertakan lomba bongkar pasang ekskavator!"
- "Kalau begini terus, kita perlu bikin monyet sebagai duta lingkungan. Mereka lebih paham kondisi lapangan!"
Jika tren ini berlanjut, jangan kaget kalau wisata Raja Ampat tahun depan punya brosur baru dengan slogan: Dari Alam ke Industri, Saksikan Transformasinya! (Red)
Fajar Bangsa - Sungai Penuh—Di tengah viralnya sosialisasi Bank Sampah langsung ke Masyarakat yang digencarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sungai Penuh, Wali Kota Sungai Penuh, Alfin, SH, langsung turun ke lokasi untuk mengecek program tersebut. Dalam kunjungannya, ia memberikan apresiasi atas upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang lebih baik.
Bank Sampah menjadi salah satu program unggulan dalam upaya mengatasi permasalahan sampah di Kota Sungai Penuh. Dengan sistem pengelolaan berbasis komunitas, masyarakat diajak untuk memilah dan mengumpulkan sampah bernilai ekonomi, seperti plastik, kertas, dan logam, yang nantinya dapat ditukar dengan insentif tertentu.
Wali Kota Alfin menegaskan bahwa pengelolaan sampah harus menjadi prioritas utama dalam menjaga kebersihan kota. Ia juga menyampaikan bahwa optimalisasi Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) di tingkat desa akan sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan sampah dari sumbernya.
"Kami ingin memastikan bahwa setiap desa memiliki sistem pengelolaan sampah yang terstruktur. Dengan adanya Bank Sampah dan TPS3R yang beroperasi penuh, kita bisa mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan," ujar Wali Kota Alfin.
Sementara itu, salah satu Staf DLH Andi Afianto saat di konfirmasi sekaligus pantauan media ini di lapangan, DLH terus berupaya mensosialisasikan program ini melalui berbagai media, termasuk turun langsung ke lapangan dan memanfaatkan media sosial sebagai sarana edukasi. Upaya ini mendapat respon positif dari masyarakat, yang mulai berpartisipasi aktif dalam memilah dan mengelola sampah mereka dengan lebih baik.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah kota dan partisipasi aktif masyarakat, Sungai Penuh diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menerapkan sistem pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan. (Red)
Fajar Bangsa - Sungai Penuh—Kepala Desa Pelayang Raya, Supriadi, SE, terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program kebersihan Kota Sungai Penuh dengan rutin meninjau pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) yang ada di desa tersebut. Hampir setiap hari, ia turun langsung ke lapangan untuk memastikan sistem pengelolaan sampah berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dalam kunjungannya, Supriadi tidak hanya memantau operasional TPS3R, tetapi juga memberikan arahan kepada warga tentang pentingnya memilah sampah sejak dari rumah. Ia menekankan bahwa pemilahan sampah organik dan anorganik akan memudahkan petugas dalam proses pengolahan, sehingga sampah dapat dikelola dengan lebih efisien dan ramah lingkungan.
"Kami ingin memastikan bahwa masyarakat memahami pentingnya pemilahan sampah sejak dari rumah. Dengan memilah sampah organik dan anorganik, kita bisa membantu petugas TPS3R dalam mengolah limbah dengan lebih efektif," ujar Supriadi.
Upaya ini sejalan dengan program Kota Sungai Penuh Juara dan Aksi Nyata Kota Sungai Penuh Bersih, serta menjadi bagian dari kesuksesan program kerja 100 hari Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sungai Penuh. Dengan adanya dukungan dari pemerintah desa, diharapkan sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas dapat berjalan lebih optimal dan berkelanjutan.
Masyarakat Desa Pelayang Raya pun mulai aktif berpartisipasi dalam program ini, dengan semakin banyak warga yang memilah sampah mereka sebelum dibawa ke TPS3R. Ke depan, desa ini berencana untuk terus meningkatkan fasilitas dan edukasi agar pengelolaan sampah dapat menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari masyarakat.
Dengan langkah nyata seperti ini, Desa Pelayang Raya diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menerapkan sistem pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan. (Red)